Kamis, 07 April 2011


PERJALANAN KE TINJOMOYO MENUJU PENGUKUHAN HALASTERIAN XX

Jumat pagi tanggal 18 Maret 2011 sudah ada persiapan packing barang-barang yang akan dibawa ke Tinjomoyo. Pagi jam 7 am sudah berada di kampus dengan membawa carrier bagyang ukurannya lumyan besar untuk ukuran tubuhku yang kecil. Udahlah gak peduli aku. Ada kuliah 3 makul, tapi untuk yang terakhir  aku bolos aja, ya digunakan untuk istirahat sejenak lah. Jam 3 sudah berangkat, janjian m ‘Pageblig’ di depan gang baskoro. Berangkat bareng naek  angkot. Sesampainya di kampus, kita ngecheck dulu carrier bag yang ada di ruang HMB, dan ternyata sudah tak berbau lagi. Akhirnya kita menuju taman Biologi yang baru dibangun, semua carrier sudah tergeletak disana, dengan banyak sekali barang-barang. Yah disana ternyata kita masih menunggu, padahal kami kira sudah terlambat. Menunggu terus kita sampai dating satu persatu manusianya. Setelah kita semua berkumpul, latihan fisik pertama adalah membawa carrier, dan kemudian yang terlambat harus push up dan yang tidak memakai slayer. Jujur aja q model push up masih gak bisa. Ya bisa dibilang push up sedikit tapi lama, tangan ini rasanya kram. Pegang apapun gak kuat, dan itu berlanjut sampai malam hari sakitnya minta ampun. Jam 5 akhirnya kita naik ke biolib dengan membawa semua perlatan. Yang dilanjutkan dengan  presentasi tentang Lepidoptera dan teknik perentangan. Penjelasan dari mas nanang sebenarnya aku gak begitu mengerti apa yang di berkan oleh dia, penjelasan tapi seperti bercerita dan itu seperti sebuah dongeng untuk anak kecil, ngantuk pollll… . teknik perentangan sedikit mengerti karena ada gambaran yang real yang diberikan dengan alat yang nyata. Istirahat sejenak yang dilanjutkan dengan sholat. Sedikit ada pembagian peralatan dan aku sudah membawa nesting. Carrier sudah terasa penuh, tapi candra memaksa untuk membawa binokuler. Ya dalam hati aku pikir semua juga harus dibagi rata, apalagi badanku terutama 2 hari terakhir terasa sakit, yang akhirnya aku benar-benar gak kuat waktu jalan. Daripada diadan aku ntar berantem. Akhirnya kita dikumpulkan lagi untuk penjelasan herpat. Dan setelah itu kita mendirikan tenda. Kita tidur pulas 3 jam, bener-bener memuaskan dengan kondisi badan yang letih. Jam 2 bangun dan pemanasan sedikit. Jam 3 lebih berangkat di pagi buta disaat semua orang tidur pulas. Rute melewati jalan depan ekonomi. Yang bikin ketawam jalannya ditutup dan susah lewat. E bukannya balik malah masuk celah kayak maling.
   bukti, tas sedang dipaksa dikeluarkan dari pagar
Melewati pintu depan Polinnes dan melewati bank BNI. Berjalan terus sampai Ngesrep dan akhirnya seemua berhenti untuk sholat. Yang tidak Sholat akhirnya tidur sejenak dengan nikmatnya. Ternyata matahari sudah terbit, dilanjutkan kembali berjalan melewati gombel lama. Dan akhirnya kita sudah sampai di jembatan Tinjomoyo, pemandangannya bagus.
 
Sampai di tempat langsung mendirikan tenda, dan memasak.
Makanan darurat, mie.
Setelah sesi makan selesai dilanjutkan dengan mencari kupu-kupu. Yang kami temukan cukup unik semua. Kelompok kami dipandu kak Helga dan kak Teguh. Dengan anggota Tika, Sofy, Ninil dan aku.
         
  
Stelah sampai di tenda, langsung diteliti lagi.
Stelah itu saatnya untuk istiraha. 2 jam waktu yang cukup lama untuk tidur siang. Terlihat temen-te,em yang lain sibuk maen poker. Sampai malam hari tiba, kita makan malam dahulu sebelum melakukan pengamatan herpet.
Sekitar jam 8 mulai melakukan ekspedisi,, ceila…
  





Akhirnya pulang jam 10an. Pada malam itu bertepatan dengan adanya suermoon, yang artinya bulan tersebut 6 kali terlihat lebih besar ukurannya. Stelah selesai waaktunya tidur. Bangun jam 5.30 pagi langsung sholat subuh. Olahraga sedikit yang dipandu oleh imam. Akhirnya setelah itu kita susur sungai, ditempatkan pada tempat yang jauh dari keramaian. Pertama ditanyain tentang pantas apa enggak, selanjutnya nyemplung sungai kurang lebih 2 jam dengan gaya ular. Seluruh badan masuk ke air dari ujung kepala sampai ujung kaki. Yang akhirnya telingaku juga, ujung-ujungnya kemasukan air dan sakit pada hari berikutnya dan harus dibawa ke dokter. Sumpah sakit banget. Yang paling mengesankan dengan pencarian jaket. Pada saat penyematan jaket pertama si fine Cuma pake jaket hali di kampus sebulan, yang terakhir termasuk aku syaratnya lebih berat dari temen-temen. Pake baju hali selama2 bulan. Ditambah seperti apa yang diklakukan Imam. Ya memang punyaku Cuma 2 syarat, tapi punya Imam juga 2 syarat,  kalo dikalkulasikan menjadi 3 atau 4 gitu. Ya sudahlah, resiko. Ditambah pendas 1 dan buat artikel. Stelah itu balik dengan kondisi basah kuyub. Mandi biar seger, dan abis tu makan trus beresin tenda dan penghujung acara akhirnya pulang.
Foto-foto dengan pose paling eksis :













ekosistem


EKOSISTEM     
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Konsep dan Pengertian Ekosistem
Konsep ekosistem, merupakan dan harus berupa konsep yang luas dalam pandangan atau pemikiran ekologi yang penekanannya pada hubungan wajib, ketergantungan, hubungan sebab musabab, yang berupa perangkaian komponen-komponen untuk membentuk satuan-satuan fungsional (Odum, 1996).
Menurut undang-undang lingkungan hidup (UULH, 1982) ekosistem merupakan tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap umur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Didalam ekosistem terdapat makhluk hidup dan lingkungannya. Makhluk hidup terdiri dari tumbuhan, hewan, serta manusia. Sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar induvidu. Menurut UULH (1982) bahwa lungkungan hidup merupakan kesatuan dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup yang termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia beserta makhluk hidup lainnya (Zoer’aini, 1992).
Ekosistem adalah suatu ruang atau suatu unit organisasi yang meliputi organisme hidup dan substansi tak hidup yang berinteraksi menghasilkan suatu pertukaran materi antara bagian hidup dan tak hidup (Southwick, 1972).
Ekosistem merupakan tingkat organisasi paling tinggi diatas komunitas, atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Untuk mendapatkan materi dan energi yang di perlukan untuk hidupnya, semua komunitas tergantung pada lingkungan abiotiknya. Organisme produsen memerlukan cahaya, energi, oksigen,air, dan garam- garam yang semuanya di ambil dari lingkungan abiotik. Energi dan materi dari konsumen tingkat pertama di teruskan ke tingkat kedua dan seterusnya melalui jaring-jaring makanan. Materi dan energi berasal dari lingkungan abiotik dan akan kembali ke abiotik. Dalam hal ini komunitas dalam lingkungannya (abitik) merupakan suatu ekosistem. Jadi konsep ekositem berdasarkan semua hubungan antar komunitas dan lingkungan abiotiknya (Odum, 1996).
Suatu ekosistem meliputi populasi, komunitas, habitat dan lingkungan dan dengan khusus menunjukkan pada interaksi dinamis dari semua bagian dari lingkungan dan dengan khusus menunjukkan pada interaksi dinamis dari semua bagian dari lingkungan, terutama terfokus pada pertukaran materi antara bagian hidup dan tidak hidup   (Southwick, 1972).

2.2.   Komponen dan faktor ekosistem
Komponen-komponen ekosistem antara lain adalah:
a.       Senyawa-senyawa anorganik (C, N, CO2, H2O, O2, dan sebagainya) yang terlibat didalam daur-daur bahan.
b.       Senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, dan sebagainya) yang menghubungkan biotik dan abiotik.
c.        Rezim iklim (temperatur dan faktor-faktor fisik lainnya).
d.       Produsen-produsen, organisme-organisme autotrofik, sebagian besar tumbuhan hijau yang mampu membuat makanan dari senyawa anorganik sederhana
e.        Makrokonsumen atau fagotrof-fagotrof organisme-organisme heterotrofik, terutama binatang-binatang yang mencernakan organisme-organisme lain atau butiran-butiran bahan organik
Mikrokonsumen sapotrof-sapotrof atau osmotrof, organisme heterotrofik terutama bakteri dan cendawan yang merombak senyawa-senyawa kompleks dari protoplasma mati, menghisap sebagian besar dari hasil perombakan , dan melepaskan bahan makanan anorganik yang dapat digunakan oleh produsen bersama-sama dengan senyawa-senyawa organik yang memberikan atau menyediakan sumber energi atau yang mungkin menghambat atau merangsang komponen biotik lainnya dari ekosistem (Odum, 1993).

Dari fungsinya terutama dari segi makanan, suatu ekosistem memiliki dua komponen antara lain :
  1. Komponen autotropik (auto= sendiri, tropikos=menyediakan makanan) yaitu organisme yang mmpu menyediakan dan mensintesis makanannya sendiri yang berupa bahan organik dengan bantuan energi cahaya matahari dan klorofil (autotropik) dan energi reaksi kkimia (khemo autotropik). Karena itu semua organisme yang mengandung klorofil di sebut organisme autotropik.
  2. Komponen heterotropik, yaitu organisme yang mampu memanfaatkan hanya bahan-bahan organik sebagai bahan makanannya, yang telah disentesis dan di sediakan oleh organisme lain.
Ditinjau dari segi penyusunnya atau struktur fungsionalnya, ekosistem dapat di bedakan menjadi 4 komponen , yaitu :
  1. Bahan tak hidup (abiotik) yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari air, tanah, udara, sinar matahari dan sebagainya dan merupakan medium atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan. Menurut Odum (1996), memisahkan komponen ini menjadi :
    1. Senyawa anorganik (C, N, CO2, H2O, dan sebagainya)
    2. Senyawa organik (protein, karbohidrat, dan sebagainya)
    3. Regim iklim
  2. Produsen yaitu  organisme-organisme autotropik sebagian besar tumbuhan berklorofil yang mampu mensintesis makanan dan bahan anorganik ayng sederhana, termasuk mikroorganisme yang mampu melaksanakan khemosintesis.
  3. Konsumen, terutama makrokonsumen atau fagotrof-fagotrof berupa organisme –organisme heterotrofik, terutama binatang-binatang yang  makan atau mencernakan organisme – organisme lain (Odum, 1996).
Ditinjau dari tingkat makanan (tingkat tropik) konsumen /makrokonsumen, di bedakan adanya konsumen primer berupa binatang herbivora yang memperoleh bahan makanannya langsung dari tumbuhan, konsumen sekunder terutama berupa bahan dari binatang karnivora, yang makanannya tergantung pada binatang lain atau omnivora yang sebagian makanannya berasal dari binatang lain. Begitu selanjutnya untuk konsumen tersier dan kuartener dapat berupa karnivora- karnivora yang memangsa konsumen (omnivora/karnivora) di tingkat trofik di bawahnya (Odum, 1996).
  1. Pengurai
Perombak atau dekomposer yaitu organisme heterotropik yang berupa bakteri dan jamur yang menguraikan atau merombak senyawa- senyawa kompleks dari protoplasma mati menyerap sebagian dari hasil perombakan itu dan melepaskan bahan-bahan anorganik sederhana untuk di pakai produsen (Southwick, 1972).

            Batas dan Ukuran Ekosistem
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, karena ekosistem meliputi makhluk hidup lingkungan organisme (komunitas biotik) dan lingkungan abiotik yang masing-masing saling mempengaruhi sifat- sifat lainnya dan keduanya memerlukannya untuk memelihara kehidupan sehingga terjadi suatu keseimbangan. Keselarasan dan keseimbangan di bumi ini. Dalam hal ini peranan ekosistem sebagai penekanannya adalah pada hubungan wajib, ketergantungan dan hubungan sebab-akibat yang merupakan perangkaian komponen-komponen untuk membentuk satuan-satuan fungsional. Sifat universal dari setiap ekosistem baik itu ekosistem alami atau ekosistem buatan manusia yang meliputi ekosistem daratan, ekosistem air tawar atau laut dan ekosistem lainnya merupakan interaksi dari komponen-komponen autotropik dan heterotropik, oleh karena itu ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi. Dengan konsep ekosistem, komponen-komponen lingkungan hidup harus di lihat secara terpadu sebagai komponen yang berkaitan dan tergantung satu sama lain dalam satu sistem (Odum, 1996).
Menurut Zoer’aini (1992), perbedaan ekosistem satu dengan ekosistem yang lainnya dapat di tentukan oleh :
    1. Jumlah jenis organisme produsen
    2. Jumlah organisme konsumen
    3. Jumlah keanekaragaman mikroorganisme
    4. Jumlah dan macam komponen biotik
    5. Kompleksitas interaksi antar komponen
    6. Berbagai proses yang berjalan  dalam ekosistem
Tergantung kepada lokasi satuan, kita membedakan adanya ekosistem perairan dan ekosistem darat. Ekosistem darat dapat berupa ekosistem hutan dengan berbagai jenisnya, ekosistem padang rumput dengan keanekaragamannya. Demikian pula mengenai ekosistem perairan dapat dirinci  menjadi ekosistem sungai, ekosistem danau, ekosistem air payau (Dwidjoseputro, 1991).

2.4.  Ekosistem air (perairan)
2.4.1.         Faktor-faktor pembatas lingkungan perairan tawar
Menurut ( Naughton, 1996 ), habitat air tawar dapat di bagi menjadi 2 sere, yaitu perairan tergenang atau habitat lentik : danau, kolam, rawa, atau pasir terapung; Perairan mengalir atau habitat lotik : mata air, aliran air, dan sungai. Faktor pembatas perairan yaitu :
a.             Suhu, organisme aquatik seringkali mempunyai toleransi yang sempit (stenothermal). Air mempunyai sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat daripada di udara.
b.             Kejernihan, penetrasi cahaya seringkali di halangi oleh zat terlarut dalam air, yang membatasi zona fotosintesis dimana habitat aquatik di batasi oleh kedalaman. Kekeruhan di sebabkan oleh lumpur dan pertikel yang mengendap. Ukuran kekeruhan merupakn indikasi produktivitas.
c.              Arus, arus merupakan factor pembatas terutama pada aliran air, distribusi gas yang vital, garam dan organisme kecil
d.             Konsentrasi gas dan garam terlarut, Konsentrasi CO2 dan O2 di perairan tawar sangat terbatas. Nitrat dan fosfat sampai batas tertentu tampaknya terbatas jumlahnya.

2.4.2   Biota Komunitas Perairan Tawar
Pada lingkungan air tawar secara keseluruhan, ganggang adalah produsen terpenting, spermatophyta aquatik menempati posisi kedua. Kebanyakan tumbahan tinggi aquatik adalah anggota keluarga yang beraneka ragam yang sebagian besar anggotanya adalah tumbuhan darat. Diantara hewan konsumen, empat kelompok yaitu Mollusca, serangga air, udang-udangan, dan ikan adalah penyusun biomassa pada kebanyakan perairan air tawar. Sedangkan Annelida, Rotifera, Protozoa, dan cacing, umumnya kurang penting, walaupun dalam kasus tertentu salah satu kelompok ini dapat saja tampak besar (Naughton, 1996).
Diantara saprotrof, bakteri air dan jamur air tampaknya sama pentingnya sebagai pengurai vital bahan organik yang dapat di gunakan kembali oleh produsen. Bakteri dan jamur paling penting dalam zona dimana terdapat sejumlah besar detritus organik( dan dalam air yang tercemar dengan bahan organik) jumlah mereka akan berkurang pada air limnetik yang tidak tercemar (Naughton, 1990).

2.4.3                       Beberapa Sifat Lingkungan Aquatik Air Tawar
Suhu dan beberapa kondisi lain dalam aquatik lebih sedikit variasinya dibanding dengan habitat terestrial, karena air merupakan peredam panas yang efektif untuk perubahan- perubahan panas. Pada umumnya batas utama antara tipe vegetasi aquatik ditentukan oleh faktor-faktor yang bisa disamakan dengan faktor-faktor yang berpengaruh didarat. Suhu, cahaya dan salinitas jelas penting dalam berbagai hal, seperti halnya gerakan yang disebabkan oleh ombak dan arus. Penetrasi cahaya, sangat bergantung pada berbai faktor seperti misalnya kotornya air karena adanya bahan –bahan yang tersuspensi didalam air (baik benda-benda yang bersifat hidup atau mati ) pemantulan oleh permukaan air, letak pada garis lintang, besarnya sudut datang sinar matahari dan kandungan zat-zat yang terlarut (Polunin, 1990).
2.5.  Ekosistem Padang Rumput
Padang rumput merupakan daerah transisi antara gurun dengan hutan. Vegetasi sebagian besar berupa hamparan gurun dengan sedikit Leguminosae dan beberapa jenis tumbuhan tahunan yang pendek-pendek (Dwijoseputro,1991).
Kawanan herbivora seperti bison yang dahulu merajai padang rumput Amerika Utara, gazele, dan zebra di padang rumput (veld) di Afrika, kuda liar dan domba liar dipadang rumput dibenua Asia, dengan karnivornya berupa harimau, singa adalah komunitas dari suatu bioma yang khusus diberi nama padang rumput (Dwijoseputro, 1991).



2.6 Rantai Makanan dan Jaring Makanan
Menurut Odum (1993), rantai makanan merupakan energi pangan sumber daya didalam tumbuh-tumbuhan melalui suatu seri organisme dengan diulang-ulang dimakan dan memakan
Rantai makanan menggambarkan perpindahan energi biomassa secara garis lurus. Dalam alam terjadi perpindahan energi yang lebih rumit karena berliku-likunya kita sebut sebagai jaring-jaring makanan. Jaring-jaring makanan dapat pula diartikan sebagai rantai makanan yang bercabang-cabang (Dwidjoseputro, 1991).























2.7 Aliran Energi
Kedalam ekosistem selalu masuk energi yang berupa sinar dari matahari. Dalam proses fotosintesa sebagian besar dari energi tersaebut menjadi energi kimia yang terkandung daalm materialorganik yang membentuk biomas (Sudarwati, 1970).
Dari seluruh energi matahari yang sampai pada ekosistem hanya sebagian kecil yang dapat ditransfer menjadi hasil asimilasi, yang disebut hasil asimilasi total. Dari seluruh asimilasi total ini sebagian akan dipakai untuk respirasi dari produsen sendiri, sisanya akan menjadi biomass (Sudarwati, 1970).
Tidak semua makanan yang dimakan oleh organisme dapat diubah menjadi biomas, karena sebagian akan dipakai untuk respirasi. Efisiensi transfer energi dari satu tingkat trofik ketingkat trofik berikutnya rata-rata 10%- 20%. Jadi dalam ekosistem energi dari produsen lebih besar dari konsumen primer,konsumen primer lebih besar dari konsumen sekunder, dan seterusnya (Sudarwati, 1970).
  2.8 Homeostatik Ekosistem
Komponen-komponen dalam ekosistem saling berinteraksi, ada yang bersifat netral, ada yang bertentangan, ada yang bekerja sama, ada yang menyesuaikan diri, dan ada yang melindungi, ada yang menguasai, tetapi akhirnya antara kekuatan-kekuatan tersebut tercapailah keseimbangan, dan keadaan seolah-olah tidak akan berubah lagi. Dikatakan bahwa, ekosistem dalam keadaaan homeostasi, yaitu keadaan yang menunjukkan bahwa sistem tersebut mempunyai kecenderungan melawan perubahan dan memelihara keseimbangan. Homeo atau homo berarti sama, dan stasi atau stasis berarti kedudukan.
Dalam banyak hal memakai konsep homeostatik pada tingkat ekosistem membantu kita untuk memahami proses-proses pengaturan didalam komunitas tumbuhan dan hewan pada suatu ekosistem. Walaupun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang sangat besar terhadap perubahan, tetapi biasanya batas mekanisme homeostatik dengan mudah dapat diterobos oleh kegiatan manusia. Misalnya sebuah sungai yang biasa dikotori oleh pembuangan sampah yang relatif tidak terlalu banyak, sungai itu airnya dapat dijernihkan kembali secara alami,sehingga secara keseluruhan sungai itu dianggap tidak tercemar. tetapi                bila sampah yang masuk terlalu banyak, apalagi bila mengandung zat-zat racun maka batas homeostatik alami sungai itu akan terlampaui. Mungkin saja sistem dalam sungai itu tidak mempunyai lagi mekanisme homeostatik alami sehingga airnya secara permanen berubah atau bahkan rusak sama sekali. Harus diketahui pula bahwa sebenarnya manusia tidak selalu menginginkan suatu ekositem yang homeostatik. Kenyataan bahwa semua bududaya pertanian didasarkan pada sistem, dimana produksi harus lebih banyak daripada konsumsi, sehingga hasil kelebihan produksi bahan organik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Ini dapat berupa sistem yang nonhomeostatik atau suatu homeostatik buatan, yang penting manusia dapat memanfaatkan produknya yang lebih.
METODE PERCOBAAN

3.1.  Cara Kerja

·              Dilakukan inventarisasi mengenal komponen biotik dan abiotik dari masing-masing ekosistem yang di lakukan
·              Dibuat skema yang menghubungkan komponen-komponen yang terdapat pada masing-masing ekosistem tersebut serta siklus energi di dalamnya
·              Diperhatikan sumber energi yang di gunakan oleh masing-masing komponen yang terdapat dalam ekosistem tersebut
·              Diperhatikan peranan dari masing-masing kompo
V. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini merupakan kegiatan pengamatan dan pengukuran terhadap faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan individu-individu pada dua ekosistem yang berbeda yaitu lingkungan darat dan lingkungan perairan, yang  dibedakan lagi pengamatannya pada daerah yang ternaungi dan terbuka pada masing-masing lingkungan.
Secara umum, ekosistem dapat didefinisikan sebagai bagian alam atau satuan organisasi yang memiliki sistem biotik dan sistem abiotik yang saling berinteraksi untuk menghasilkan arus energi dan pertukaran materi (Odum, 1981). Komponen biotik merupakan komponen yang hidup, dalam hal ini adalah berbagai macam organisme yang menempati tempat tersebut. Sedangkan komponen abiotik adalah berbagai macam komponen fisik dan kimia yang terdiri dari udara, tanah, air, sinar matahari, dan sebagainya yang merupakan medium atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan suatu organisme.
Daerah yang terbuka adalah lingkungan yang banyak terkena cahaya matahari, pepohonan jarang. Sedangkan daerah yang ternaungi adalah tempat yang teduh, tidak banyak terkena cahaya matahari, banyak pepohonan yang tinggi. dan masing-masing ekosistem tersebut dipengaruhi oleh faktor abiotik yang berbeda pula.
5.1.      Lingkungan Darat
Faktor abiotik pada lingkungan darat di Wana Wisata Penggaron yang ada, diamati, dan diukur adalah suhu, tanah, udara, pH, kelembaban dan sinar matahari. Komponen abiotik tadi bertindak sebagai faktor pembatas lingkungan darat. Apabila factor abiotik ini tidak optimal bagi kehidupan organisme didalamnya, maka akan mengganggu ekosistem.
Sedangkan untuk factor-faktor biotik yang terdapat di dalam lingkungan darat tersebut adalah pepohonan, rumput atau alang-alang, belalang, jangkrik, laba-laba, kumbang, capung, kupu-kupu, semut dan elang. Komponen biotic yang ada di dalam ekosistem dara tesebut mempunyai peran masing-masing. Pertama adalah produsen yang berupa tumbuhan tinggi (pepohonan, rumput atau alang-alang) kedua adalah konsumen baik konsumen tingkat petama, kedua,ketiga aau puncak, yang diperankan oleh belalang, jangkrik, laba-laba, kumbang, capung, kupu-kupu, semut dan elang.
5.2.      Lingkungan Perairan
Faktor abiotik pada lingkungan peraiaran di Wana Wisata Penggaron yang ada, diamati, dan diukur adalah suhu, tanah, udara, pH, kelembaban, DO (oksigen terlarut), batu, pasir dan air. Sedangkan untuk factor-faktor biotic yang terdapat di dalam lingkungan darat tersebut adalah, laba-laba air, insekta, kepiting, engkang-engkang, dan nyamuk.
Di dalam ekosistem perairan tersebut komponen abiotk dan biotic yang ada berbeda baik dalam struktur maupun komponen-komponen penyusunnya.Di dalam ekosistem perairan tersebut tidak ditemukan produsen yang seperti pada lingkungan darat. Hal ini dikarenakan pada ekosistem perairan yang berperan sebagai produsen adalah plankton-plankton yang terdapat di perairan tesebut.
Organisme konsumen atau makrokonsumen yang di temukan pada ekosistem sungai ini adalah herbivora yang kebanyakan berupa serangga air. Dimana yang bertindak sebagai konsumen pada sungai itu antara lain: laba-laba air, insekta, kepiting, engkang-engkang, dan nyamuk. Sedangkan yang bertindak sebagai organisme perombak adalah dekomposer yang tidak terlihat oleh mata namun dapat dijelaskan sebagai berikut, menurut Odum (1996), organisme perombak berupa mikroorganisme seperti bakteri air. Organisme perombak sebagian besar hidup didalam endapan Lumpur.



Menurut Odum (1981), komponen abiotik dapat dibagi menjadi 3 bentuk utama yaitu :
a.       Senyawa-senyawa organik yang terlibat dalam daur materi (contoh: CO2, O2, H2O, N2­,, dan sebagainya).
b.       Senyawa-senyawa organik ( protein, karbohidrat) yang menghubungkan komponen biotic dan abiotik.
c.        Regim iklim (temperature dan faktor iklim lainnya)
Sedangkan komponen biotik dapat dibedakan menjadi 3 bentuk pokok berdasarkan struktur fungsionalnya yaitu
a.       produsen , yaitu organisme autrotof yang mampu mensintesis makanan sendiri sekaligus menyediakan bahan pakan utama bagi organisme lain, umunya tersusun oleh tumbuhan yang berklorofil dan juga mikroorganisme yang memiliki kemosintesis.
b.       konsumen (makrokonsumen), yaitu organisme heterotrof yang langsung mengkonsumsi produsen (herbivora) atau organisme yang mekanismenya tergantung hewan lain (carnivora) maupun keduanya (omnivora) )
c.        organisme pengurai atau perombak (mikrokonsumen), yaitu organisme heterotrof yang mampu merombak atau menguraikan bahan-bahanorganik dari organisme yang mati (bahan protoplasma organisme mati) menjadi bahan-bahan anorganik yang lebih sederhana, yang akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme tersebut dan juga organisme yang lain, khususnya tumbuhan.
Ekosistem,di dalamnya terjadi proses perpidahan energi atau arus energi, yaitu perpindahan energi makanan dari cadangan di dalam tumbuh-tumbuhan yang berulang memakan dan dimakan disebut sebagai rantai makanan. Pada setiap perpindahan sebagian besar dari potensial energi berubah menjadi energi panas. Makin pendek rantai makanan maka makin besar energi yang dapat dipakai untuk diubah kedalam biomas dan yang dipakai untuk bernafas
KESIMPULAN
1         Komponen-komponen  biotik yang menyusun ekosistem terdiri dari produsen, konsumen dan dekomposer.
2         Yang bertindak sebagai produsen dalam hal ini adalah tumbuhan tinggi akuatik, konsumen ditempati oleh serangga air, sedangkan dekomposer terdapat pada kotoran sapi.
3         Komponen-komponen abiotik atau faktor pembatas yaitu pasir, batu, air, udara, tanah, cahaya, angin, lumpur, kerikil, lempung
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.1991. Ekologi Manusia Dengan Lingkungannya. Erlangga. Jakarta
Naughton and Wolf. 1990. Ekologi Umum. Edisi kedua. UGM Press. Yogyakarta
Polunin, N. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Prawiro, R. H. 1988. Ekologi Lingkungan Pencemaran Edisi keempat. Satya Wacana. Semarang
Southwick, C. H. 1972. Ekology and  The Quality of Our Environment. Van Nostrand Reinhold Company. New York
Sudarwati, S.1970. Proseeding Bidang Biologi Jilid 1. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Odum. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. UGM Press. Yogyakarta
Zoer’aini. 1992. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta