Minggu, 06 Januari 2013

siklus beogeokimia perairan


I.                   PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
               Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan  materi dasar makhluk hidup dan tak hidup. Ada 40 unsur yang diperlukan bagi kehidupan,diantaranya yang terpenting adalah karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), belerang(S), oksigen (O), kalium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), silicon(Si), besi Fe), dan aluminium (Al). selain itu sebagian unsure unsur ini tersimpandalam bentuk organic dalam tubuh makhluk hidup yang masih hidup atau yang sudah mati.
               Unsur-unsur tersebut terus-menerus diambil oleh makhluk hidup dari lingkungan, tapi tidak akan habis, karena setelah dimanfaatkan dalam tubuh, unsur-unsur itu akan dikembalikan lagi ke lingkunganmelalui proses pernafasan, fotosintesis pembusukan dan ekskresi. Semua unsur kimia (senyawa anorganik) ini mengadakan sirkulasi dari alam ke organisasi dan kembali lagi ke alam, selanjutnya masuk ke organisme lagi, demikian seterusnya sehingga membentuk suatu daur/siklus yang berulang. Proses ini disebut Daur ataupun siklus Biogeokimia.
               Daur biogeokimia juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik. Karena itu, daur ini disebut juga daur organik dan daur biotik-abiotik. Daurbiokimia sangat diperlukan untuk kelestarian makhluk hidup dan ekosistem, jika daur materi ini terganggu, makhluk hidup akan mati dan ekosistem akan punah.
Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus fosfor.Untuk kelangsungan hidupnya, makhluk hidup memerlukan zat-zat seperti air,oksigen, karbohidrat, nitrogen dan sebagainya.


1.2.   Rumusan Masalah
               Dalam makalah ini penulis membatasi masalah yang dibahas, yaitu mengenai definisi singkat siklus bigeokimia,  siklus air, siklus karbon, siklus nitrogen, siklus oksigen, siklus belerang (sulfur), siklus fosfor. Pembatasan masalah yang dilakukan oleh penulis, agar pokok masalah yang dibahas tidak terlalu meluas sehingga makalah ini dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti.

1.3.      Tujuan
               Berdasarkan latar belakang di atas, maka makalah ini bertujuan untuk mengupas mengenai Definisi singkat siklus bigeokimia, Siklus air, Siklus karbon, Siklus nitrogen, Siklus oksigen, Siklus belerang (sulfur), Siklus fosfor. Dan diharapkan dengan adanya penjelasan ini dapat menambah wawasan kita untuk menjaga lingkungan demi kelangsungan hidup selanjutnya.
















II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Pengertian Siklus Biogeokimia
Konsep siklus biogeokimia merupakan suatu konsep yang mengenali teori pengaruh energi berbagai proses kompleks yang menggerakkan, mengubah bentuk dan menyimpan bahan-kimia didalam geosphere, atmospir, hydrosphere, dan biosphere. Siklus biogeokimia atau siklus organik anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dankembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanyamelalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksireaksi kimia dalamlingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus,antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup.Dalam suatu ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang.Materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang.Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen biotik melalui udara,tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk hidup danbatuan (geofisik) sehingga disebut Daur Biogeokimia (Endang,2012).
Daur Biogeokimia Semua yang ada di bumi baik makluk hidupmaupun benda mati tersusun oleh materi. Materi ini tersusun oleh antaralain: karbon (C), Oksigen (O), Nitrogen (N), Hidrogen (H), Belerang atausulfur (S) dan Fosfor (P). Unsur-unsur kimia tersebut dimanfaatkan olehprodusen untuk membentuk bahan organic dengan bantuan energi matahariatau energi yang berasal dari reaksi kimia (Endang,2012).
Bahan organik yang dihasilkanadalah sumber bagi organisme. Proses makan atau dimakan pada rantaimakanan mengakibatkan aliran materi dari mata rantai yang lain. Walaupun makluk dalam satu rantai  makanan  mati,  aliran  materi  masih  tetap berlangsung terus. Karena mahluk hidup yang mati tadi diuraikanoleh decomposer yang ahkirnya akan masuk lagi ke rantai makanan berikutnya. Begitu selanjutnya terus-menerus sehingga membentuk suatu aliran energi dan daur materi (Endang,2012).

2.2.   Fungsi Siklus Biogeokimia
          Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yangmengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik,sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga dengan baik (Endang,2012).

2.3.  Biological Pumping 
Didalam samudra terjadi suatu siklus dan banyak sekali karbon yang terdapat di dalamnya. Dimana siklus tersebut merupakan siklus biologi yang di pengaruhi oleh bahan organic dan fitoplankton sebagai pengurainya. Jadi, biological pumping merupakan proses dimana CO2 mengalami fotosintesis ke bagian dalam laut yang mengakibatkan penyimpanan karbon secara permanen atau sementara dari zona eufotik ke laut interior. Terdapat  2 (Dua)  mekanisme penyerapan karbon di atmosfer diantaranya Physic Pumping dan Biological Pumping. Proses terjadinya biological pumping pada awalnya matahari menyinari laut dalam bentuk cahaya kemudian fitoplankton yang terdapat di dalam air laut mengalami fotosintesis.  Karbon mencapai laut dalam dengan downwelling berupa partikel karbon organik dan karbon anorganik seperti kalsium karbonat (CaCO3). Yang pertama adalah komponen dari semua organisme, yang terakhir organisme yang kulitnya keras, misalnya coccolithophores,  foraminiferans atau pteropods.  Dalam referensi untuk berbagai penggunaan materi – materi dalam organisme, yang organik bagian karbon transportasi ini dikenal sebagai pompa jaringan lunak, sementara  anorganik karbon bagian ini dikenal sebagai jaringan keras pompa. Fitoplankton memakan bakteri sehingga menghasilkan agregat. Agregat tersebut dikonsumsi oleh herbifora yang kemudian menghasilkan kotoran. Agregat tersebut didekomposisi oleh bakteri atau dimakan lagi oleh hewan. Beberapa teroksidasi, melepaskan CO2, nitrat, dan fosfat, dan daur ulang gizi ke dalam air yang dalam. Sisanya mengendap menjadi sedimen; organik yang kaya karbon terkubur ribuan tahun yang lalu di dalam zona Afotik dan pesisir yang merupakan sumber minyak dan gas lepas pantai. Dalam fiksasi karbon, nutrisi yang terdapat dalam laut akan mengalami terus-menerus namun air di permukaan tidak mengandung nutrisi lagi.Faktor yang mempengaruhi CO2 di dalam laut yaitu antara lain: kecepatan angin, tekanan parsial antar muka air laut, temperatur dan salinitas air laut. Jadi, semakin dingin air laut maka semakin cepat daya larutnya sehingga daya serap terhadap CO2 semakin cepat (Matear, RJ dan AC Hirst. 1999)
Tanpa mekanisme biological pumping, konsentrasi CO2 di atmosfer akan jauh lebih tinggi karena atmosfer CO2 menangkap panas, suhu permukaan bumi akan jauh lebih tinggi. “Jika tidak ada fitoplankton, pompa biologis dan siklus lautan yang mengalami respirasi dari atas ke bawah dan semua CO2 di dalam lautan tidak mengalami keseimbangan dengan atmosfer-konsentrasi CO2 di atmosfer akan lebih dua kali lipat, “kata MIT’s Chisholm. “karena Fitoplankton menjaga pompa biological ke bawah.” (Matear, RJ dan AC Hirst. 1999)
Menurut Surinati (2009). Faktor-faktor yang menghambat proses pompa biological yaitu :
1.  Di samudra mengalami global warming ( pemanasan global ) peningkatan fitoplankton di lintang rendah dengan meningkatnya suhu disebabkan karena zat hara yang tidak mencukupi di dalam laut, sehingga mempengaruhi produksinya.
2.  Di samudra mengalami global warming ( pemanasan global ) peningkatan fitoplankton di lintang tinggi disebabkan meningkatnya curah hujan sehingga cahaya yang masuk ke dalam laut sedikit dan memungkinkan memproduksi yang baru.
3.  Perubahan suhu, stratifikasi dan kimia yang akan terjadi selama abad ini dan masa depan akan menyebabkan perubahan dalam kelompok-kelompok fungsional biogeografi. Di antaranya adalah produksi Diatom menuju Antartika di Samudra Selatan akibat penurunan pasokan silikat; penurunan klasifikasi karena penurunan CO 3 2 - konsentrasi ion (misalnya, Kleypas, 1999); dan perubahan dalam N 2 yang mengalami fiksasi akibat dari peningkatan stratifikasi dan modifikasi dalam pasokan nutrisi dan suplai besi oleh debu.
4. Pemahaman kita tentang kepekaan f-rasio temperatur bahwa pemanasan dapat menyebabkan peningkatan efisiensi daur ulang nutrisi dalam zona euphotic (f-ratio/increased penurunan produksi untuk pasokan nutrisi yang diberikan) di eutrophic dan sistem mesotrophic (Hukum, 2000). Sebaliknya oligotrophic dapat terjadi di daerah, di mana pemanasan dapat mengakibatkan peningkatan f-ratio.
Kabon sebagai pompa biologis memainkan peran penting juga dalam siklus karbon Bumi, upaya signifikan dihabiskan untuk mengukur kekuatannya. Namun, karena mereka terjadi sebagai akibat interaksi ekologi buruk biasanya di zona Afotik, proses-proses yang membentuk pompa biologis sangat sulit untuk diukur. Metode ini dipakai untuk memperkirakan produksi primer dari nitrat dan amonium sebagai sumber nutrisi yang tenggelam. Dari produksi nitrat dan amonium memungkinkan untuk mendapatkan yang disebut f-rasio, proxy untuk kekuatan lokal pompa biologis. Menerapkan hasil penelitian lokal untuk skala global rumit karena sirkulasi laut terus berbutar di daerah laut yang berbeda. Sehingga harus menggunakan penelitian secara global (Surinati, 2009).
Alan mengutip data satelit dan hasil penelitian lapangan yang sudah memperhitungkan faktor solubility pump maupun biological pump, yang dilakukan Taro Takahashi, pakar geokimia laut di Observatorium Bumi di University of Columbia, Amerika Serikat. Faktor yang pertama dihitung menggunakan selisih tekanan parsial CO2 di udara dan air laut, sedangkan faktor kedua memperhitungkan proses respirasi fitoplankton, rantai makanan, dekomposisi, sampai proses upwellingdan larutnya karbon anorganik (Surinati, 2009).
Gambar : 1 Proses Biological Pumping dalam perairan
(Sumber Surinati,2009)

2.4       Stratifikasi lapisan Perairan
Perbedaan kerapatan (berat jenis) air yang disebabkan perbedaan suhu dapat menghasilkan stratifikasi (lapisan massa air) yang terjadi karena suhu permukaan lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Hal ini akan mempengaruhi pola sirkulasi air (Anonim,2009).
Menurut Anonim (2009). Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
·         lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32° C menjadi 28° C).
·         Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari 28° C menjadi 21° C).
·         Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan.
Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya matahari ke dalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Stratifikasi dapat terbentuk secara vertikal maupun horizontal. Stratifikasi vertikal biasanya terjadi di daerah estuari (tempat bertemunya air laut dan muara sungai) (Anonim, 2009).
Pada umumnya di samudra besar di dunia, mulai kedalaman 1000m, suhu dan salinitas laut sudah seragam. Penurunan suhu mengakibatkan peningkatan berat jenis sehingga stratifikasi suhu akan menghasilkan stratifikasi berat jenis yang teratur. Penurunan salinitas menghasilkan penurunan berat jenis. Sehingga stratifikasi salinitas justru akan menimbulkan stratifikasi yang tidak stabil. Pada umumnya di lautan, efek dari penurunan suhu lebih kuat dari efek penurunan salinitas sehingga laut terstratifikasi lebih stabil (Anonim, 2009).
Proses-proses skala kecil yang beroperasi membentuk dan mempertahankan stratifikasi adalah salt fingering yang dihasilkan oleh difusi ganda dari panas dan garam; dan pecahnya gelombang internal akibat kecepatan geser di sepanjang batas densitas (Anonim, 2009).

2.5  Macam-Macam Siklus Biogeokimia
2.5.1. Siklus Air ( Hidrologi )








Gambar : 2 Siklus Air di alam
(Sumber : Google Image )

               Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut (Aisyah,2007).
               Menurut Aisyah (2007), pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
-       transpirasi – Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
-       Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah – Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
-       Air Permukaan – Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
               Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya (Aisyah,2007).

2.5.2.   Siklus Karbon
                                                           
                                       







Gambar : 3 siklus karbon diperairan
(Sumber : Google Image )

            Pada ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat.Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di air (Anonim, 2011).
            Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik. Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler. Tumbuhan mendapatkan karbon, dalam bentuk C02 dari atmosfer melalui proses fotosintesis yang nantinya akan digunakan oleh tumbuhan dan hewan untuk berespirasi yang dapat menghasilkan O2. Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di udara. Sejumlah karbon bisa dipindahkan dari siklus tersebut dalam waktu yang lebih lama ketika karbon terakumulasi di dalam kayu dan bahan organik oleh detritivora akhirnya didaur ulang karbon ke atmosfer sebagai C2. Hal ini dapat sebagai kembalinya C02 ke atmosfer (Anonim, 2011).

2.5.3.   Siklus Nitrogen di Perairan











Gambar 2.4 Siklus Nitrogen di alam
                                    (Sumber : Google Image)

Unsur nitrogen bersifat “inert”, artinya tidak mudah digunakan begitu saja secara langsung oleh kebanyakan hewan maupun tumbuhan. Sehingga nitrogen mempunyai aktivitas biologis yang sangat kecil. Gas ini memasuki semua tubuh organisme, tetapi umumnya keluar lagi tanpa berperan penting dalam proses hidup organisme tersebut. Nitrogen baru dapat dipergunakan sebagai penyusun elemen-elemen tubuh organisme apabila sudah dalam keadaan terikat (Fatkhur Rohman,David, 2011).
Udara merupakan cadangan nitrogen utama dalam siklus nitrogen. Dalam udara kadarnya sekitar 78 % dan sumber lainnya berada di kulit bumi dan perairan. Nitrogen bukan hanya dihasilkan dari atmosfir saja, namun  juga dihasilkan dari kegiatan gunung merapi. Pada tumbuhan dan hewan, senyawa nitrogen ditemukan sebagai penyusun protein dan klorofil. Dalam ekosistem terdapat suatu daur antara organisme dan lingkungan fisiknya (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Bentuk dan Sumber :
            Nitrogen organik berasal dari jaringan organisme yang sudah mati, kotoran zat sisa, dan sisa pakan yang ditransformasi menjadi ammonia melalui proses dekomposisi/ mineralisasi oleh bakteri pengurai proteolitik. Nitrogen memiliki beberapa bentuk yaitu ammonia (NH3), nitrit (NO2-), nitrat(NO3-), amina(NH2), amonium(NH4+), dan nitrogen diatomik  (N2). Sumber utama nitrogen (N2) adalah udara, sedangkan organisme hidup memperoleh nitrogen dalam bentuk garam nitrat kemudian diasimilasikan pada sitoplasma dalam bentuk protein sebagai cadangan pangan. Di alam ini terdapat tiga gudang nitrogen yaitu udara, senyawa anorganik (misalnya nitrat, nitrit, dan amoniak), dan senyawa anorganik adalah gas N2 di udara (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Jenis-jenis N-anorganik yang utama dalam air adalah ion nitrat (N03-) dan ion amonimum (NH4+). Hujan sangat sedikit sebagai sumber N03- dan NH4+. Namun dalam kondisi tertentu masih terdapat ion nitrit dan sebagian besar dari nitrogen terikat dalam nitrogen organic (47,9%), yaitu bahan-bahan yang berprotein, juga terdapat dalam bahan pencemar seperti asam sianida (HCN), asam etilen diamin tetra asetat (EDTA) atau dalam bentuk asam nitrilotriasetat (NTA) (FatkhurRohman,David, 2011).
            Di perairan laut, Nitrogen yang terbanyak dalam bentuk N-molekuler (N2) yang berlipat ganda jumlahnya daripada nitrit (NO2) atau nitrat (NO3), tetapi tidak dalam bentuk yang berguna bagi jasad hidup (Fatkhur Rohman,David, 2011).
Transfer dan Fiksasi Nitrogen :
            Daur Nitrogen melibatkan semua bagian biosfer. Daur Nitrogen merupakan suatu siklus yang sempurna, namun kompleks. Dalam memproduksi nutrient bagi organisme perairan, maka diperlukan transfer senyawa nitrogen. Nitrogen memasuki ekosistem dengan dua jalur alamiah, yang keutamaan relatifnya sangat bervariasi dari satu ekosistem ke ekosistem lain.  Yang pertama, deposit pada atmosfer, merupakan sekitar 5% sampai 10% dari nitrogen yang dapat digunakan, yang , memasuki sebagian besar ekosistem. Dalam proses ini, NH4+ dan NO3-, ditambahkan melalui kelarutannya dalam air hujan atau pengendapan debu-debu halus atau butiran-butiran lainnya (Fatkhur Rohman, David,  2011).
            Jalur lain masuknya nitrogen ke ekosistem adalah melalui fiksasi nitrogen (nitrogen fixation). Molekul nitrogen, N2, sangat lembam. Untuk memecahkan molekul itu agar atom-atomnya dapat bergabung dengan atom-atom lain diperlukan pemasukan sejumlah besar energy. Proses berperan penting dalam fiksasi (pengikatan) nitrogen dalam biosfer, Salah satu di antaranya ialah halilintar. Energi yang sangat besar dari halilintar memecahkan molekul-molekul nitrogen dan memungkinkan bergabung dengan oksigen dan hidrogen dalam udara. Nitrogen oksida terbentuk yang larut dalam hujan membentuk kilat. Dalam bentuk ini senyawa ini terbawa ke bumi. Fiksasi nitrogen ini diperkirakan sekitar 5-8% dari keseluruhannya (Fatkhur Rohman, David, 2011).
            Keperluan pertanian yang semakin meningkat telah menyebabkan produk nitrogen terfiksasi secara industry makin meningkat pula. Sehingga supplyindustry yang merupakan ketergantungan dari sector pertanian ini menjadi pemicu ketergangguan daur alam. Kegiatan manusia telah meningkatkan aliran nitrogen global. Hal ini dapat terlihat pada danau dan sungai karena pupuk nitrogen merembes dari tanah pertanian sekitarnya dan menyuburkan algae (Fatkhur Rohman, David,  2011).
            Hanya prokariota tertentu yang dapat memfiksasi nitrogen, yakni mengubah N2 menjadi mineral yang dapat digunakan untuk mensitesis senyawa organik bernitrogen seperti asam amino. Prokariota merupakan mata rantai yang penting pada beberapa titik dalam siklus nitrogen. Beberapa sinobakteri memfiksasi nitrogen dalam ekosistem akuatik. Organisme yang memfiksasi nitrogen tentunya sedang memenuhi kebutuhan metaboliknya sendiri. Tetapi kelebihan ammonia yang dibebaskan oleh organisme tersebut menjadi tersedia bagi organisme lain (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Pengikatan nitrogen secara biologi dapat dilakukan oleh bakteri nonsimbiotik, bakteri simbiotik, dan ganggang hijau biru. Nitrat (NO3) yang terdapat di tanah dan air pada umumnya terjadi karena pengikatan nitrogen secara bilogi. Bakteri non simbiotik (bakteri bebas) yang berperan dalam pengikatan nitrogen diantaranya, Azotobacter chroococcum, A. Beijerinckii, A. Vinelandii, Derxia spp.,dan Aerobacter aerogenes. Sedangkan ganggang biru- hijau yang berperan dalam pengikatan nitrogen secara biologi adalah Nostoc dan Anabaena (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Bakteri simbiotik yang berperan dalam pengikatan secara biologi adalah genus Rhizobium diantaranya Rhizobium trifolii, Rhizobium meliloti, Rhizobium leguminosarum, Rhizobium lupine dan Rhizobium speciosa. Bakteri pengikat nitrogen tersebut hidup bersimbiosis dengan akar tumbuhan polong- polongan membentuk bintil akar (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Mikroorganisme tertentu lainnya dapat mengikat nitrogen atmosfer. Sebenarnya kemampuan mengikat nitrogen ternyata merupakan kemampuan prokariota semata-mata. Beberapa aktinomisites hidup bergabung dengan tumbuhan selain legum. Beberapa organisme foto-ototrof dapat mengikat nitrogen, tetapi organisme ini terbatas pada lingkungan bentik anaerobik, sehingga hanya ditemui di estuari (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Meskipun sudah banyak penelitian dilakukan, masih belum jelas bagaimana pengikat nitrogen mampu mengatasi penghalang energy tinggi yang terlibat dalam proses itu. Pengikat-pengikat itu memerlukan suatu enzim, yang dinamakan nitrogenase, dan pemakaian ATP yang sangat besar. Walaupun produk pertama yang stabil tersebut adalah ammonia, zat ini dengan cepat bergabung dengan protein dan senyawa organic lain yang mengandung nitrogen. Fiksasi nitrogen menuju kepada penggabungan nitrogen dengan protein tumbuhan dan protein mikroba. Tumbuhan yang tidak mempunyai keuntungan dari gabungan pengikatan nitrogen membuat proteinnya dari tanah (Fatkhur Rohman,David, 2011).
Pembusukan :
            Protein yang dibuat oleh tumbuhan masuk melalui jarring-jaring makanan. Pada setiap tingkatan trofik terdapat kehilangan yang kembali ke sekitarnya, terutama dalam ekskresi. Yang terakhir mengambil keuntungan dari senyawa nitrogen organic ialah mikroorganisme pembusuk. Melalui kegiatan molekul-molekul yang mengandung nitrogen organic dalam ekskresi dan bangkai itu dirombak menjadi ammonia (Fatkhur Rohman,David, 2011).
Nitrifikasi :
            Nitrat (N03-) yang telah diadsorbsi oleh akar tanaman, selanjutnya nitrogen akan disintesis menjadi protein tanaman, kemudian herbivora yang makan tumbuhan akan mengubah tumbuhan tersebut menjadi protein hewani. Tumbuhan dan hewan yang telah mati akan terdekomposisi, sehingga protein nabati dan protein hewani diuraikan menjadi ammonia dan asam amino. Demikian pula kotoran-kotoran organism tersebut akan diuraikan menjadi ammonia dan asam amino (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Penguraian protein pada bahan organic yang terdekomposisi menjadi asam amino dan ammonia ini disebut amonifikasi. Reaksi ini menyebabkan paling tidak sebagian besar tanah menjadi sedikit bersifat asam, dan NH3 yang dibebaskan ke dalam tanah akan menangkap sebuah ion hydrogen (H+) untuk membentuk ammonium, NH4+ , yang dapat digunakan langsung oleh tumbuhan. NH3 adalah gas sehingga dapat menguap kembali ke atmosfer dari tanah yang mempunyai pH mendekati 7 . NH3 yang hilang dari tanah ini kemudian dapat membentuk NH4+ di atmosfer. Sebagai akibatnya, konsentrasi NH4+ dalam curah hujan berkorelasi dengan pH tanah dalam kisaran wilayah yang luas (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Amonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba dan jamur. Amonia dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Sumber amonia adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri dan domestik. Amonia yang terdapat dalam mineral masuk ke badan air melalui erosi tanah. Amonia membentuk senyawa kompleks dengan beberapa ion logam. Amonia juga dapat terserap kedalam bahan-bahan tersuspensi dan koloid sehingga mengendap di dasar perairan. Amonia di perairan dapat menghilang  melalui proses volatilisasi karena tekanan parsial amonia dalam larutan meningkat dengan semakin meningkatnya pH (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Ikan tidak bisa bertoleransi terhadap kadar amonia bebas yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat meningkatkan sifokasi. Pada budidaya intensif, yang padat penebaran tinggi dan pemberian pakan sangat intensif, penimbunan limbah kotoran terjadi sangat cepat (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Amonia (NH3) dapat secara langsung diambil oleh tumbuhan melalui akar dan melalui daun-daunnya. Namun demikian sebagian besar ammonium dalam tanah digunakan oleh bakteri anaerob tertentu sebagai sumber energi, bakteri detrifor; aktivitas mengoksidasi ammonium menjadi nitrit (N02-), dan kemudian menjadi nitrat (NO3-),  suatu proses yang disebut nitrifikasi, yakni suatu proses oksidasi ensimatik yang dilakukan oleh sekelompok jasad renik/bakteri (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Bakteri autotrofi (bakteri nitrifikasi) dapat menggunakan N-anorganik    untuk     melakukan nitrifikasi, seperti genera bakteri  Nitosomonos, Nitrosococcus,  Nitrosospira, Nitrosovibrio, dan  Nitrosolobus. Jenis bakteri nitrifikasi yang terdapat pada air tawar, misalnya Nitrosomonas,  Nitrobacter serta Nitrosococcus, Nitrococcus, Nitrospira Nitrosolobus  merupakan bakteri nitrifikasi laut (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Pada proses tahap pertama reaksi berlangsung dari ammonium ke nitrit yang melibatkan bakteri Nitrosomonos dan Nitrosococcus yang merupakandengan persamaan reaksisebagai berikut:
NH4 + 3/2 O2                NO2 + H2O + 2 H E = - 65 kcal
            Di perairan, nitrit ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada perairan relatif karena segera dioksidasi menjadi nitrat (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Bakteri Nitrobacter dan Nitrococcus sp yang melakukan oksidasi dari nitrat ke nitric dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NO2 + ½ O2              NO3 + E = - 18 kcal.
Reaksi nitrifikasi seperti di atas dapat berlangsung jika adanya oksigen. Proses oksidasi dari NO2 ke nitrit umumnya lebih cepat dari pada proses oksidasi dari NH4 ke nitrit, dan nitrit ini terakumulasi di lingkungan (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Nitrat yang telah diproduksi dapat diserap oleh tumbuhan untuk keperluan sintetis protein melalui proses metabolisme. Kemudian tumbuhan menjadi makanan berbagai jenis hewan. Tumbuhan dan hewan mengalami proses dekomposisi melalui kegiatan jasad renik yang melepaskan hasil dekomposisi itu ke dalam lingkungannya, antara lain ammonium (Fatkhur Rohman,David, 2011).
            Langkah dari protein ke nitrat menghasilkan energy bagi organism pengurai. Langkah sebaliknya dari nitrat ke protein memerlukan energy dari sumber lain, seperti dari bahan organic atau cahaya matahari. Sebagian nitrat yang berasal dari fiksasi dan dekomposisi itu dilarutkan air tanah dan dipindahkan atau diekspor ke ekosistem lain, atau dapat pula “hilang” menjadi endapan (Fatkhur Rohman,David, 2011).
Denitrifikasi :
            Denitrifikasi merupakan pengubahan nitrat menjadi gas nitrogen , dengan demikian mengisi kembali atmosfer. Proses ini melibatkan peran beberapa bakteri antara lain Bacillus cereus, Bacillus licheniformis, Pseudomonas denitrificants, Thiobacillus denitrificants, Micrococcus,  dan Achromabacter. Bakteri ini hidup jauh di dalam tanah dan dalam sedimen air yang jumlah oksigennya sangt terbatas. Bakteri tersebut menggunakan nitrat sebagai suatu alternative terhadap oksigen untuk akseptor terakhir dalam respirasinya. Dengan demikian bakteri tersebut menutup daur nitrogen. Aktivitas bakteri tersebut sama cepatnya dengan efisiensi yang terus meningkat dalam memajukan fiksasi nitrogen masih harus diselidiki (Fatkhur Rohman,David, 2011).




2.5.4.   Siklus Fosfor
 
Gambar 2.5 Siklus fosfor di alam
(Sumber : Google Image )

            Siklus fosfor lebih sederhana dibandingkan dengan siklus karbon atau siklus nitrogen. Siklus fosfor tidak meliputi pergerakan melalui atmosfer, karena tidak ada gas yang mengandung fosfor secara signifikan. Selain itu, fosfor hanya ditemukan dalam satu bentuk fosfat (P043-) anorganik (pada air dan tanah) dan yang diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk sintesis organik. Pelapukan bebatuan secara perlahan-lahan menambah fosfat ke dalam tanah (Ridwan,2008).
            Setelah produsen menggabungkan fosfor ke dalam molekul biologis, fosfor dipindahkan ke konsumen dalam bentuk organic. Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus. Dengan demikian, sebagian besar fosfat bersiklus ulang secara lokal di antara tanah, tumbuhan, dan konsumen atas dasar skala waktu ekologis (Ridwan, 2008).

2.5.5.   Siklus Oksigen
http://water.me.vccs.edu/concepts/oxcycle.jpghttp://water.me.vccs.edu/concepts/oxcycle2.jpg










Gambar 2.6 Siklus oksigen di alam
(Sumber : Google Image)

            Oksigen dalam air dikenal sebagai oksigen terlarut atau DO. Di alam, oksigen memasuki air ketika air berjalan di atas bebatuan dan menciptakan jumlah besar luas permukaan. Luas permukaan yang tinggi memungkinkan oksigen untuk mentransfer dari udara ke dalam air sangat cepat (Anonim, 2012).
            Ketika air di sungai memasuki kolam, mikroorganisme dalam kolam mulai memetabolisme (memecah) bahan organik, mengkonsumsi oksigen dalam proses. Ini adalah bentuk lain dari siklus oksigen - oksigen memasuki air di jeram dan daun air di kolam renang (Anonim, 2012).
            Oksigen serapan adalah tingkat di mana oksigen dikonsumsi oleh organisme yang hidup di air. Karena organisme selalu menggunakan oksigen dalam air dan oksigen terus memasuki kembali air dari udara, jumlah oksigen dalam air tetap relatif konstan. Dalam ekosistem yang sehat, tingkat transfer oksigen (yang digunakan) dan pengambilan oksige yang seimbang di dalam air. Oksigen merupakan unsur yang vital bagi kehidupan di bumi ini. siklus ini berkaitan erat dengan siklus unsur lainnya, terutama dengan siklus karbon. Unsur oksigen menjadi yang terikat secara kimia melalui berbagai proses yang menghasilkan energi, terutama pada perubahan dan proses metabolik dalam organisme. Oksigen dilepaskan dari reaksi fotosintesis. Unsur ini secara cepat bersenyawa membentuk oksida-oksida, seperti dengan karbon dalam respirasi aerobik atau dengan karbon dan hidrogen dalam perubahan bahan bakar fosil seperti dengan metana (Anonim, 2012).
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
            Suatu aspek yang sangat penting dari siklus di stratosfer, yaitu proses pembentukan ozon. Ozon membentuk lapisan tipis di stratosfer yang berfungsi sebagai filter dari radiasi ultraviolet, dengan demikian dapat menjaga kehidupan di bumi dari kerusakan/kehancuran yang disebabkan oleh radiasi ini (Anonim, 2012).
            Siklus oksigen disempurnakan atau diakhiri ketika unsur oksigen masuk kembali ke atmosfer dalam bentuk gas. Hanya satu cara yang signifikan dima yaitu melalui fotosintesis yang dilakukan tumbuhan. Siklus hydrogen tidak dibuat tersendiri karena di alam ini hydrogen paling banyak terlihat dalam bentuk senyawa air, H2O (Anonim, 2012).

2.5.6.   Siklus Sulfur
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3XQ20rlXS4sb7BQabijvprifN5HygbTPzzc0Ba2CtdHltoDmuMIdS-_xu_NR5Tvh_HAvWl98L3vKzsPIDfzmHI08JQkhwnPB0GvcgyJRCntCLr6DLvbGKWtLD523B2FDp-Alp8Qc4JMw/s1600/siklus+sulfur.jpg
Gambar 2.7 Siklus sulfur di alam
(Sumber : Google Image)

            Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus (Anonim, 2012).


















III.             KESIMPULAN

     Siklus biogeokimia merupakan suatu konsep yang mengenali teori pengaruh energi berbagai proses kompleks yang menggerakkan, mengubah bentuk dan menyimpan bahan-kimia didalam geosphere, atmospir, hydrosphere, dan biosphere. Siklus biogeokimia atau siklus organik anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dankembali lagi ke komponen abiotik. Siklus biogeokimia yang terrjadi pada perairan antara lain adalah siklus karbon, siklus nitrogen, siklus fosfor, sklus oksigen, dan siklus sulfur .





















DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 2007. Aliran Energi.  idkf.bogor.net/yuesbi/e-            DU.KU/.../Aliran.Energi/materi07.html bebas.vlsm.orgaisyah47.wordpre    ss.comaldonv.blogspot.com im-learningsekolah.blogspot.com. Diakses          tanggal 17 Desember 2012
Anonim. 2009. Biologycal Pump. www.wikipedia.com/ pompa. Diakses tanggal    17  Desember 2012
Anonim. 2011. The Biological Carbon Pompa.         www.climatechange.com.Diakses tangggal 17  Desember 2012.
Anonim. 2012. Nutrients.        Nutrients%20(Department%20of%20Environment%20and%20Heritage     %20Protection).html. Diakses tanggal 17  Desember 2012
Endang. 2012. Daur Biogeokimia.     http://endangjegoz.wordpress.com/author/endangjegoz/. Diakses tanggal    12  Desember 2012
Fatkhur Rohman,David. 2011.OceanCurrent..http://blog.ub.ac.id/davidfatkhurro   hman/. Diakses tanggal 17 Desember 2012.
Google Image. 2012. Picture. Diakses tanggal 16 Desember 2012
Matear, RJ dan AC Hirst. 1999. Climate change feedback on the future oceanic      CO 2 uptake, Tellus, 51B, 722-733. Perubahan iklim umpan balik pada         masa depan penyerapan CO 2 samudera, Tellus, 51B, 722-733.
R,kasijan.2007.Biologi Laut cetakan ketiga.Jakarta:Djambatan.
Ridwan.2008.Daur Biogeokimia. 2008. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/   11/17/daur- biogeokimia/. Diakses tanggal 16 Desember 2012
Surinati Dewi, 2009, ”Upwelling Dan Efeknya Terhadap Perairan” LAUT.             http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/344093542.pdf. Diakses tanggal 12    Desember 2012